Latihan Psikotes

"Mbak, kalau disuruh gambar pohon itu sebaiknya gambar apa? Kalau tes koran harus diisi sejajar tiap lajurnya?" 

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu kerap kali ditanyakan oleh teman-teman jobseeker yang akan menghadapi psikotes maupun gagal psikotes. Sebagai mahasiswa psikologi, rasanya gregetan menjawab satu per satu pertanyaan macam itu. Tapi nggak apa-apa, kan sudah tugas kita sebagai psikolog untuk membumikan ilmu yang kita pelajari (wkwkwk) supaya bisa dicerna oleh orang awam.

Jadi gini, pertama, saya mau jelasin dulu tujuan psikotes (kali ini bahasnya psikotes di dunia kerja yah...) adalah untuk mengukur, memberi gambaran, kecenderungan setiap individu terhadap suatu jabatan. Manfaatnya bagi perusahaan adalah untuk menentukan tindakan apa yang akan dilakukan kepada orang-orang yang dites ini. Misalkan dalam proses seleksi, maka perusahaan bisa melihat kandidat mana yang paling kompeten dalam menduduki jabatan yang dibutuhkan. Psikotes ini bisa juga lhoo dilakukan pada karyawan yang sudah bekerja di perusahaan. Tujuannya adalah untuk melihat potensi karyawan, pemetaan, atau promosi.

Nah, sekarang kembali ke tema "perlukah latihan psikotes?" Saya tidak akan memberikan jawaban ya atau tidak di sini. Tapi, saya akan analogikan seperti memilih pasangan. Kita pasti punya kriteria  khusus dalam memilih pasangan, seperti kooperatif, komunikatif, komitmen, dan sebagainya. Sama dengan perusahaan dalam memilih karyawan, ia juga memiliki kriteria-kriteria yang disebut standar kompetensi. Nahhh kebayang nggak, kalau gebetanmu itu berpura-pura atau memaksakan kriteria yang kamu miliki agar bisa kamu terima dan akhirnya kalian jadian? Di awal, dia nampak seperti sosok idealmu. Namun ternyata semua berubah, kamu nuduh dia berubah, dia juga nuduh kamu nggak bisa memahami kelemahan dia. Nggak akan enak pada dua sisi. Sama halnya dengan perusahaan yang ingin mendapat kandidat sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan tentunya.

Keputusan sekarang di tangan anda, mau latihan psikotes atau kerjakan aja sesuai instruksi?

Comments

Popular posts from this blog

Im getting married

Kontroversi Doktor Psikologi : The Differences of Psychology Licence

Tim Rebahan Wajib Baca