Flexible Benefit

Di tempat kerjaku, banyak sekali karyawan-karyawan kompeten yang resign karena merasa dirinya tidak berkembang secara karir. Perusahaan ini baru beroperasi selama 4 tahun an dan petinggi-petingginya diisi oleh karyawan-karyawan yang berpengalaman dari pabrik lain. Sedangkan TKA (tenaga kerja asing) di sini jumlahnya sangat banyak dan mereka mengambil posisi-posisi tinggi di perusahaan. Hal tersebut membuat kami (tenaga kerja lokal) memiliki karir yang mentok. Promosi hanya berjalan di bagian produksi (operator, leader, supervisor). Sedangkan untuk staff-staffnya ya begini-begini saja (tidak berkembang secara karir). Paling mentok jadi senior staff. Jalur karir tercepat hanya dirasakan anak-anak MT (management trainee) yang itupun kebanyakan hanya sampai senior staff saja (sama seperti karir staff non MT) dan program ini sudah berjalan selama 3 periode (1 tahun, 1 periode).

Padahal, recruiter sudah mencarikan kandidat-kandidat terbaik untuk mengisi posisi MT ini. Mereka (kandidat MT) pun sudah berekspektasi tinggi untuk mengembangkan karirnya bersama perusahaan ini. Tapi, setelah mereka masuk, toh 1 per satu resign. Program ini tidak berjalan semestinya. Ini hanya pencitraan saja bahwa perusahaan ini punya program unggulan seperti MT. Sedih pastinya. Tapi semua ini memang terkendala di TKA. Budaya kerja di sini sudah seperti kerajaan. Tak ada yang peduli kesejahteraan karyawan. Tak suka, pecat. Tak mau ikut aturan, resign. Seolah tidak butuh karyawan kompeten sekalipun. Padahal, di tempat lain sangat menjaga komitmen dari karyawan-karyawan unggulan. Apalagi generasi milenial yang aku akui, idenya sangat brilian. Mereka, muda, kreatif, dan fleksibel. Budaya kerja monoton bukan lagi tempatnya.

Reward yang dipakai di perusahaan ini adalah kaizen. Jadi, karyawan yang mengusulkan perubahan sistem, akan mendapatkan reward berupa marchandise seperti payung, mug, kaos, buku, dan 2 hadiah utamanya itu adaalah sejumlah uang. Dulu, tiap ulang tahun perusahaan, semua karyawan mendapat souvenir (mantel, botol minum). Lalu, bagi karyawan yang tidak pernah absen, mendapatkan mesin cuci dan rice cooker. Sudah bagus. Tapi entah kenapa, semakin jumlah karyawan bertambah, reward-reward kecil itu justru hilang. Kalau itungan bisnis untung-rugi ala gueh, semakin banyak karyawan maka income dari orderan seharusnya kan juga pasti naik. Kalau pengelolaan uangnya bener sih, dia nggak akan rugi mau ngasih reward kecil begitu ke karyawan (seharusnya). We never know what happened about economy of this company.



Sebenarnya, aku punya sih usulan untuk memberikan sedikit angin segar untuk mempertahankan karyawan-karyawan ini walaupun tanpa promosi (kalau memang perusahaan tidak bisa memberi peluang promosi). Contohnya kayak implementasi 'flexible benefit'. Flexible benefit adalah reward yang bisa dipilih sendiri oleh karyawan. Misal, untuk karyawan milenial lebih butuh reward seperti liburan atau traveling ke luar negeri. Sedangkan karyawan yang sudah berumur mungkin lebih memilih porsi besar untuk kesehatan/besaran pensiun. Lalu, untuk menentukan karyawan mana yang bisa mendapatkan flexible benefit ini nanti bisa ditentukan oleh ide kaizen mereka, ditambah minimal lama bekerja (untuk menjaga komitmen), serta penilaian kerja yang ada di perusahaan. Hal tersebut, selain bermanfaat untuk menjaga komitmen karyawan, juga menjadikan motivasi karyawan untuk bekerja lebih baik. 

Bagaimana menurut kalian terkait implementasi flexible benefit ini jika diterapkan di tempat kerjamu? Yuk sharing terkait sistem reward yang ada di tempat kerjamu!

Comments

Popular posts from this blog

Im getting married

Kontroversi Doktor Psikologi : The Differences of Psychology Licence

Tim Rebahan Wajib Baca